September, 2015

now browsing by month

 

MENGINGATKAN VALUES PERUSAHAAN

Kang, kok karyawan saya selama ini kurang menyadari dan menjalankan value perusahaan? Padahal saya sudah membuat values tersebut dengan serius dan menggali dari diri sendiri karena akang menyarankan untuk menintegrasikan values pribadi dengan values perusahaan.
Inilah pertanyaan yang saya dapatkan kemaren ketika bicara tentang values dalam program Belbiz, di Radio K-Lite 107,1 FM Bandung. Pertanyaan yang menurut saya sangat mendasar dan harus dijawab dengan hati-hati agar tidak salah diterima entrepreneur muda.
Memang tidak gampang untuk menuliskan values yang dimiliki oleh sebuah perusahaan karena diharapkan values tersebut terlahir dari nilai-nilai yang dimiliki oleh entrepreneur itu sendiri sehingga memudahkan mereka untuk bisa mengikuti dan menjalankan values tersebut.
Akan tetapi, lebih sulit lagi untuk menjalankan values karena inilah yang menjadi critical point bagi setiap entrepreneur untuk bisa berhasil dalam membangun budaya karena values ini adalah bagian penting dalam budaya perusahaan.
Perlu disadari bahwa budaya perusahaan itu menjadi strategic bagi entrepreneur saat ini ditengah tingginya persaingan dan tingginya tuntutan dari konsumen terhadap values yang mereka dapatkan. Tidak bisa dipungkiri bahwa setiap konsumen meminta values yang superior.
Oleh karena itu, entrepreneur juga harus bisa memiliki nilai yang superior agar bisa memberikan superior values bagi konsumen mereka. Apa yang harus dilakukan entrepreneur?
Entrepreneur harus menjadi orangyang paling depan dalam menjalankan values tersebut sehingga setiap orang dalam perusahaan, termasuk manajemen dankaryawan dapat diingatkan terus tentang values perusahaan. Tidak ada alasan untuk menunda ataupun mendelegasikan pelaksanaan values karena orang pertama itu adalah entrepreneur itu sendiri.
Disinilah tantangan terbesar seorang entrepreneur untuk bisa menjalankan nilai perusahaan mereka dalam rangka mencapai tujuan perusahaan.

Posted by

BELBIZ : TECHNOPRENEUR MENUJU MEA

Tadi malam, program Belajar Bisnis atau Belbiz di Radio K-Lite 107,1 FM bersama Sahabat Meriza dan didampimgi oleh Sahabat Kujang dan Sahabat Adam dengan membahas tentang technopreneur menuju Masyarakat Ekonomi Asean yang akan diberlakukan pada tanggal 31 Desember 2015. Tema yang memang diambil untuk mempersiapkan entrepreneur untuk menghadapi MEA.
“Entrepreneur saat ini disibukkan dengan kondisi ekonomi yang tidak menguntungkan sehingga seolah-olah lupa dengan tantangan yang akan dihadapi diakhir tahun yaitu MEA” kata Sahabat Meriza memulai belbiz. Hal ini memang terlihat bagaiman kondisi ekonomi yang kurang menguntungkan setiap entrepreneur dengan nilai tukar rupiah yang masih lemah, inflasi yang tinggi.
“oleh karena itu, entrepreneur diharapkan tetapi mempersiapkan diri dan bisnsi mereka untuk menghadapi MEA dan salah satunya adalah memanfaatkan teknologi untuk bisnis mereka yang disebut dengan technopreneur” tambahnya.
Sahabat Wawan Dewanto, ketua program studi kewirausahaan di School of Business and Management ITB menjelaskan konsep MEA dan technopreneur. “MEA harus dilihat sebagai peluang dan ancaman sehingga akan membuat entrepreneur untuk lebih kreatif dan inovatif” kata sahabat Wawan memulai pandanganya. MEA sebagai peluang yang harus dimanfaat oleh setiap entrepreneur dalam berbisnis memasuki pasar yang lebih luas sehingga berkontribusi pada perkembangan bisnis masing-masing.
“untuk itu, entrepreneur harus menjadi technopreneur dan bisa dalam bentuk bisnisnya berhubungan dengan teknologi dan yang kedua, teknologi sebagai support bagi bisnisnya” tambah Sahabat Wawan. “Hal ini bisa dimulai dari penggunaan program yang biasa seperti Microsoft, membuat web sampai sosial media bagi proses bisnis setiap entrepreneur” kata Sahabat Wawan.
Sahabat Meriza juga menjelaskan “teknologi ini dapat membuat proses bisnis atau lebih baik dan mencapai keunggulan bersaing” tambahnya. Contoh yang diberikan dalam diskusi ini adalah sahabat Ibo, yang merupakan mahasiswa SBM ITB. “saya berbisnis roti bakar dengan berbagai topping dan menggunakan IT sebagai tool untuk membantu bisnis saya yang dimulai dari facebook, twitter, sampai instagram” katanya.
Sahabat Adam memberikan ilustrasi bagaimana seorang entrepreneur kalau ingin sukses dituntut untuk memanfaatkan teknologi dan diberikan contoh pada sebuah film. “saya kemaren menonton sebuah film yang berjudul Chef, dan berbisnsi roti bakar dengan konsep food truck serta memanfaatkan social media untuk mengembangkan bisnisnya yang dimulai dari dampak negative dari IT itu sendiri yaitu opini dari food blogger. Tetapi, dia bisa bangkit lagi dalam berbisnis” katanya.
Akhirnya, belbiz diakhiri dengan bagaimana seharusnya entrepreneur merubah mindset bahwa MEA itu ad peluang dan juga memanfaatkan teknologi untuk bisnis nya.

Posted by

GIMB KEJAR STANDAR LEMBAGA PENDIDIKAN

Memiliki sebuah lembaga pendidikan, seperti GIMB Entreprneur School adalah sebuah kebahagiaan karena ada kesempatan untuk berbagi dengan banyak orang dengan memberikan value yang optimal bagi para entrepreneur dalam berbisnis. Kesempatan untuk membentuk sebuah tempat belajar untuk mencapai bisnis yang beneficial dengan bekal pengetahuan dan skill serta attitude  yang benar dalam berbisnis.
Ketika entrepreneur mendapatkan pengetahuan yang kuat dan keterampilan yang baik, maka akan mempermudah entrepreneur dalam menjalankan bisnis. Oleh karena itu, GIMB Foundation fokus dalam pengembangan kualitas manajerial GIMB Entrepreneur School dan juga mendekatkan diri kepada pemerintah sebagai regulator yang bertanggungjawab pada pengembangan dan peningkatan kualitas lembaga pendidikan, khususnya yang berhubungan dengan entrepreneurship.
Oleh karena itu, pengurus GIMB Foundation fokus dalam mempersiapkan diri untuk memenuhi persyaratan sesuai dengan sistem pendidikan yang ada di Indonesia, khhususnya yang berhubungan dengan bagaimana management system yang seharusnya dimiliki oleh sebuah lembaga pendidikan untuk melayani konsumen atau siswa dengan baik.
Standar yang digunakan adalah berdasarkan kepada standar pemerintah yang meliputi standar dalam hal keuangan, standar dalam pemasaran, standar dalam operasi dan standar alam hal sumber daya manusia baik instruktur dan juga staf yang terlibat dalam proses belajar mengajar di lembaga tersebut. Hal ini harus dipahami oleh para pemilik dan GIMB sedang mempersiapkan ini untuk kemajuan sekolah.
Semoga GIMB Entrepreneur School akan terus maju dalam memberikan layanan kepada entrepreneur yang berharap mendapatkan pengetahuan dan pengalaman tentang bisnis dan manajemen serta terus ditingkatkan dalam pengalaman mereka untuk mencapai sukses dalam bisnis yaitu profit,people, planet, sustainability serta tumbuh dan berkembang dari skala mikro, kecil, menengah dan besar.

MEMBUAT SOP PERUSAHAAN

Kelas GIMB Entrepreneur School yang memang diselenggarakan pada hari Sabtu, pukul 14.00 – 17.00 WIB membahas tentang Standard Operation Procedures atau yang lebih dikenal dengan SOP. Materi pelajaran yang sangat berharga bagi para entrepreneur dalam rangka mereka harus memiliki bisnis yang terus berjalan sesuai dengan standar yang ada dan fokus mencapai tujuan yang sudah ditetapkan oleh manajemen dan owner.
Hanya saja, entrepreneur dituntut untuk bisa fokus dalam mengembangkan bisnis dan kegiatanyang sudah dijalankan secara rutin, harus bisa didelegasikan kepada karyawan atau orang lain. Waktunya bisa difokuskan untuk membuat keputusan, meningkatkan knowledge, skill dan attitude setiap karyawan dan juga fokus untuk mengembangkan bisnis yang dimiliki oleh para entrepreneur.
Memang tidak mudah. Hal ini tercermin pada apa yang disampaikn oleh para siswa GIMB. “saya hanya berkutat pada kegiatan rutin, kang” kata AJi yang menjelaskan bagaimana kegiatan sehari-harinya hanya fokus pada kegiatan rutin mencari pasar, menghubungi supplier, jasa pengiriman dan juga konsumen.
“saya fokus membeli bahan baku di pasar, mengolahnya dirumah dan menyajikan kepada konsumen berupa sate maranggi” tambah Ardi yang berbisnis sate maranggi dengan nama Malampir. Kedua siswa ini memang menyatakan hal yang hampir sama. Akibatnya? Bisnis mereka tidak berkembang dengan baik dan hanya segitu saja. Tidak ada perubahan yang signifikan dalam bisnis mereka.
Tentu hal ini tidak boleh lama-lama. Pada sabtu kemaren, Kang Meriza mewngajarkan bagaimana entrepreneur harus membuat desain bisnis mereka dengan dasar Standard Operation Procedures (SOP) untuk seluruh aktivitas bisnis mereka, mulai dari keuangan dan akuntansi, pemasaran, operasi, dan sumber daya manusia. Semua aktivitas tersebut harus dibuatkan SOP nya.
“Kita harus menuliskan apa yang kita kerjakan dan mengerjakan apa yang kita tulis” kata Kang Meriza mengawali materi yang berhubungan dengan SOP. “Ini kunci untuk membuat SOP” tambahnya. Memang diajarkan untuk menuliskan apa saja aktivitas yang mereka kerjakan untuk mengembangkan bisnis tersebut dalam keseharian mereka masing-masing dalam bisnis.
Alhamdulillah, para GIMBers bersemangat mengerjakan tugas dari Kang Meriza untuk masing-masing SOP pada keuangan, pemasaran, operasi dan sumber daya manusia. Dengan bekal desain dari kang Meriza, mereka bisa mendalamkan pada bisnis masing-masing. luar biasa, meskipun waktunya singkat, mereka mampu membuat SOP sederhana atas bisnis yang ada sesuai dengan karakter bisnisnya.

 

Social Widgets powered by AB-WebLog.com.